Kamis, 14 Maret 2013

Percikan Cerita Hidup Yang Nyata

Aku tidak tau apa yang harus kulakukan.
Terasa bahwa aku kebingungan memilih sesuatu untuk mengawali semuanya.
Stiap kuberhayal, aku seperti orang yang kebingungan.
Aku ngambang dalam hidupku. 
Aku selalu menyendiri ditengah keramain wlopun tanpa sepi.
Aku merasa aku selalu bisa, padahal pada kenyataanya aku gak tau apa-apa.
Melihat orang lain yang mendapat kesempatan, mendapat uang, aku iri, terasa orang itu gak boleh dapat apa-apa.
Tetapi terkadang aku sadar atas diriku, aku menyadari bahwa tuhan memberikan keseimbangan dalam hidupku, aku begini mungkin aku seimbang dengan orang-orang yang diberikan kesempatan dan uang, aku begini mungkin karna aku udah punya segalanya.
Terkadang pula aku menyadari aku memiliki semuanya, aku diberikan calon istri sesuai keinginanku, aku diberi kesempatan masok unram sesuai jurusan yang aku inginkan, aku diberi indek prestasi 2,9 pada semester ini dan menurutku itu sangat luar biasa aku dapati hasil jerih payangku tanpa nyontek.

Hmmm terkadang aku bertanya-tanya untuk siapa aku berjuang?
Kemana arahku, hasilku untuk siapa?, terkadang jawabanku pikiranku aku berjuang untuk orang tuaku, adek-adekku, dan terutama untuk diriku sendiri. 
Menurutku itu benar, tapi apa iya hanya untuk itu, adakah untuk yang lain?
Dapatkah orang lain meraskan keberhasilanku?
Jika aku berhasil, apakah yang lain akan iri seperti aku iri pada yang lain?
Dalam hatiku aku pengeeeeeen banget berhasil, gak ada yang iri atas diriku yang berhasil, aku hidup bahagia bersama keluargaku, aku direstui bersama kekasih yang kuinginkan, aku berdiri di tengah-tengah keluargaku yang bahagia, tapi kenyataanya aku berhayal atas semua itu, aku mengigao kayak orang gila, langkahku untuk maju sangatlah pendek, bahkan tidak ada sama sekali.
Lalu! Aku butuh siapa yang membimbingku, aku butuh langkah seperti apa untuk kemajuanku, hmmm..... rasanya aku tidak punya siapa-siapa walopun hidupku ditengah keramain.

Hidup dikota mataram ini trasa mandiri, aku jauh dari keluargaku, aku punya cita-cita, aku punya tujuan, dan saat ini aku menempuh tujuanku.
Terkadang aku merasa udah sampai pada tujuanku, dalam angan-anganku tujuanku untuk sekolah lalu kerja, aku sekolah di unram diteknik elektro, lalu akankah pekerjaanku seprti ilmuku dari elektro, jika aku wisuda nanti, apakah aku bisa bertanggung jawab atas aku pernah sekolah di teknik elektro, bagemana jika suatu saat nanti aku udah wisuda dan tamat sekolah, jika seseorang bertanya tentang elektronika padaku misalnya, apakah aku bisa menjawab pertanyaannya, hmmm ya tuhaaan, bantu akuuu!!!.
Jika tujuanku untuk mencari pekerjaan, pekerjaan seperti apa yang aku harus kerjakan, hmmm aku bingung juga,

Ok dah semangat!! Semangat!! Dan semangat!!

Pohon Apel

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,”
ajak pohon apel itu.
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,”
jawab remaja itu.
“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,”
tambah remaja itu dengan nada
yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata,
“Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu.. Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,”
 ajak pohon apel itu.
“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.
“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku
yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.”

Pohon apel itu memberikan cadangan. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu. Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,”
ajak pohon apel itu.
“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Bolehkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.
“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,”kata pohon apel itu.
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati.”
kata pohon apel itu dengan nada pilu. 
“Aku tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana
aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,”
jawab lelaki tua itu.
“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu.
Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.



Dari cerita tersebut, dapat kita renungkan bahwa, marilah kita semua berbakti kepada kedua orang tua kita, karna orang tua kitalah yang mengasuh kita dari sejak dini.

Allah SWT berfirman :

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Q.S 46:15]

Belum ada kata terlambat untuk kembali berbakti kepada kedua orang tua kita biarpun mereka sudah tidak ada di dunia fana ini. OK! Sekian dulu, SELAMAT MEMBACA!!!

Dulu Haram Kini Halal

Pada suatu ketika di zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pencuri yang hendak bertaubat, dia duduk di majelis Nabi Muhammad SAW dimana para sahabat berdesakdesakkan di Masjib Nabawi.
Suatu ketika dia menangkap perkataan Nabi saw :
“Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah SWT, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang Haram itu dalam keadaan halal”.
Sungguh dia tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat mendiskusikan hal tersebut setelah majelis dengan tingkat keimanan dan pemahaman yang jauh dibawah sang pencuri merasa tersisihkan. Akhirnya malam pun semakin larut, sang pencuri lapar. Keluarlah dia dari Masjid demi melupakan rasa laparnya. Di suatu gang tempat dia berjalan, dia mendapati suatu rumah yang pintunya agak terbuka. Dengan insting pencurinya yang tajam ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu tidak terkunci…dan timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak. Tidak, ia
merasa tidak boleh mencuri lagi. Namun tiba-tiba timbul bisikan aneh :
“Jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada pencuri lainnya yang belum tentu seperti kamu”.
Menjadi berfikirlah dia, maka diputuskan dia hendak memberitahukan atau mengingatkan pemiliknya di dalam agar mengunci pintu rumahnya, karena sudah lewat tengah malam. Dia hendak memberi salam namun timbul kembali suara tadi :
“Hei pemuda! bagaimana kalau ternyata di dalam ada pencuri dan pintu ini ternyata adalah pencuri itu yang membuka, bila engkau mengucap salam … akan kagetlah dia dan bersembunyi, alangkah baiknya jika engkau masuk diam-diam dan memergoki dia dengan menangkap basahnya !”
Ah.. benar juga, pikirnya. Maka masuklah ia dengan tanpa suara… Ruangan rumah tersebut agak luas, dilihatnya berkeliling ada satu meja yang penuh makanan – timbul keinginannya untuk mencuri lagi, namun segera ia sadar – tidak, ia tidak boleh mencuri lagi. Masuklah ia dengan hati-hati, "hehhh …syukurlah tidak ada pencuri berarti memang sang pemilik yang lalai mengunci pintu".
Sekarang tinggal memberitahukan kepada pemilik rumah tentang kelalaiannya, tiba-tiba terdengar suara mendengkur halus dari sudut ruang.
"Ahh ternyata ada yang tidur mungkin sang pemilik dan sepertinya perempuan cantik".
Tanpa dia sadari kakinya melangkah mendekati tempat tidur, perasaannya berkecamuk, macam-macam yang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana tidur yang menutup sang wanita membuat timbul hasrat kotor dalam dirinya. Begitu besarnya hingga keluar keringat dinginnya, seakan jelas ia mendengar jantungnya berdetak kencang didadanya, serta tak dia sangka ia sudah duduk mematung disamping tempat tidur.
"Tidak, aku tidak boleh melakukan ini aku ingin bertaubat dan tidak mau menambah dosa yang ada, tidakk !!" 
Segera ia memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar sebagaimana tadi. Ketika akan menuju pintu keluar ia melalui meja makan tadi, tiba-tiba terdengar bunyi dalam perutnya…ia lapar. Timbullah suara aneh tadi :
“Bagus hei pemuda yang baik, bagaimana ringankah sekarang perasaanmu setelah melawan hawa nafsu birahimu?”. "Eh-eh, ya. Alhamdulillah ada rasa bangga dalam hati ini dapat berbuat kebaikan dan niat perbuatan pemberitahuan ini akan sangat terpuji". Pikir sang pemuda.
Suara itu berkata: “Maka sudah sepatutnya engkau memperoleh ganjaran dari sang pemilik rumah atas niat baikmu itu, ambillah sedikit makanan untuk mengganjal perutmu agar tidak timbul perasaan dan keinginan mencuri lagi!!”
Berpikirlah dia merenung sebentar, patutkah ia berbuat begitu?
“Hei – tiba2x ia tersadar serta berucap dalam hati – engkau dari tadi yang berbicara dan memberi nasihat kepadaku? Tapi nasihatmu itu telah menjadikan aku menjadi tamu tidak diundang seperti ini, tidak.. aku tidak akan mendengarkan nasihatmu. Bila engkau Tuhan, tidak akan memberi nasihat seperti ini. Pasti engkau Syaithon….(hening). Celaka aku, bila ada orang yang di luar dan melihat perbuatanku …. aku harus keluar.”
Maka tergesa-gesa ia keluar rumah wanita tersebut, ketika tiba dihadapan pintu ia mengetuk keras dan mengucap salam yang terdengar serak menakutkan. Semakin khawatir ia akan suaranya yang berubah, setelah itu tanpa memastikan pemiliknya mendengar atau tidak ia kembali menuju masjid dengan perasaan galau namun lega, karena tidak ada orang yang memergoki dia melakukan apa yang disarankan suara aneh tadi. Sesampai dimasjid, ia melihat Nabi SAW. sedang berdiri sholat. Di sudut ruang ada seorang yang membaca al qur-aan dengan khusyu’ sambil meneteskan air mata, di sudut-sudut terdapat para shahabat dan kaum shuffah tidur. Dingin sekali malam ini, lapar sekali perut ini teringat lagi ia akan pengalaman yang baru dia alami, bersyukur ia atas pertolongan Allah SWT. yang menguatkan hatinya. Tapi … tidak di dengar bisikan Allah SWT. di hatinya, apakah Allah marah kepadaku? Lalu ia menghampiri sudut ruang masjid duduk dekat pintu, dekat orang yang membaca Al-Qur'an. Ditengah melamunnya ia mendengar sayup namun jelas bait-bait ayat suci.

"Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah SWT. lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong:” Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari pada kami azab Allah SWT. (walaupun) sedikit saja Mereka menjawab:”Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (QS. 14:21)"

"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah SWT. telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah SWT.) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. 14:22)"

Bergetarlah hatinya mendengar perkataan Allah SWT. yang di dengarnya, berkatalah ia
“Engkau berbicara kepadakukah, ya Allah?”
Serasa lapang hatinya, semakin asyik dia mendengarkan bacaan suci itu, maka lupalah ia akan laparnya, segar rasanya badannya. Cukup lama ia mendengarkan bacaan orang itu hingga tiba-tiba tersentak ia karena bacaan itu dihentikan berganti dengan ucapan menjawab salam. Terlihat olehnya pula bahwa pria itu menjawab salam seseorang wanita dan seorang tua yang masuk langsung menuju tempat Nabi Muhammad SAW sedang duduk berdzikir, dan wajah wanita itu … adalah  wajah wanita tadi !!!??? Timbul gelisah hatinya, apakah tadi ketika ia berada di ruangan itu sang wanita pura-pura tidur dan melihat wajahnya? Ataukah ada orang yang diam-diam melihatnya, mungkin laki-laki tua yang bersamanya adalah orang yang diam-diam memergokinya ketika ia keluar dan mengetuk pintu rumah itu?
"Ahh … celaka, celaka".
Namun gemetar tubuhnya, tidak mampu ia menggerakkan anggota tubuhnya untuk bersembunyi atau pergi apalagi tampak olehnya pria yang tadi membaca Al-Qur-an hendak tidur dan tak lama pun mendengkur. Dan ia lihat mereka sudah berbicara dengan Nabi SAW.
"celaka", pikirnya panik !!
Hampir celentang jatuh ia ketika terdengar suara Nabi Muhammad SAW. : 
“Hai Fulan, kemarilah !”
Dengan perlahan dan perasaan takut ia mendekat. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya. Ia mendengar sang perempuan masih berbicara kepada Nabi Muhammad SAW. katanya :
“benar ya Rosulullah, saya sangat takut pada saat itu saya bermimpi rumah saya kemasukan orang yang hendak mencuri, dia mendekati saya dan hendak memperkosa saya, ketika saya berontak, ternyata itu hanya mimpi. Namun ketika saya melihat sekelilingnya ternyata pintu rumah saya terbuka sebagaimana mimpi saya dan ada suara menyeramkan yang membuat saya takut. Maka segera saya menuju rumah paman saya untuk meminta dicarikan suami buat saya, agar kejadian yang di mimpi saya tidak terjadi bila saya ada suami yang melindungi. Sehingga beliau mengajak saya menemui engkau disini agar memilihkan calon suami untuk saya”.
Nabi SAW memandang kepada si pemuda bekas pencuri, lalu berkata :
“Hai Fulan, karena tidak ada pria yang bangun kecuali engkau saat ini maka aku tawarkan padamu, maukah engkau menjadi suaminya?”
Terkejut ia mendengar itu, cepat mengangguklah ia. Dan setelah sholat shubuh Nabi SAW mengumumkan hal ini dan meminta para shahabat mengumpulkan dana untuk mengadakan pernikahan dan pembayaran mas kawin si pemuda ini. Setelah pernikahannya, tahulah ia akan arti perkataan Nabi Muhammad yang lalu :
“Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang Haram itu dalam keadaan halal”.


Demikianlah crita ini saya posting, semoga dengan membaca crita ini, kita semua selalu berbuat baik dimanapun kita berada, dan selalu berniat untuk kebaikan.
OK! Sekian dulu, SELAMAT MEMBACA!!!